Oleh Sin Shin D.N.R.
12 IPA 3
Perpisahan yang selama ini dia takutkan
ternyata terjadi, akan ada bekas luka yang menyelimuti hatinya tanpa ada
seseorang yang memperdulikannya. Hari-hari yang akan dia jalani akan diiringi
kesedihan yang abadi.
Dia
telah merelakan takdir yang telah tertulis pada hidupnya, namun dia tidak
sanggup tuk menerima semua yang telah terjadi pada dirinya, walaupun dia sadar,
dia bukan siapa dan bisa apa atas takdir yang menimpanya.
* * * *
Siang itu, saat jam istarahat sedang
berlangsung, Lova sedang berjalan ke kantin bersama temannya.
"Hufftt...Hampir saja" Kata Lova. Tak sengaja Lova hampir bertabrakan
dengan seorang cowok yang berjalan dari arah berlawanan.
Iya - namanya Lova. Cewek lugu, polos, dan lumayan
menarik. Lova saat itu baru kelas 9 di salah
satu sekolah menengah pertama yang terbaik di daerah tempatnya tinggal.
"Maaf..." Kata seorang cowok yang hampir tadi Lova tabrak. Karena
saking laparnya, Lova tidak memperdulikan kejadian itu. Dari situlah
benih-benih cinta muncul dan berkembang sangat pesat dan cepat.
* * *
*
Dia hidup, dia
bernafas, dan dia merasakan kehidupan. Tapi - dia tidak dapat
lagi merasakan indahnya hati karena cinta. Cintanya telah pergi dan hilang
bersama luka kenangan masa lalunya. Kini, dia tidak mempunyai lagi cinta untuk
dia berikan kepada orang lain, walaupun ada beribu-ribu lelaki yang akan lebih
banyak memberikan cinta padanya lebih dari cinta yang diberikan kekasihnya yang
dulu.
* * * *
Seperti biasanya, setiap hari Lova berangkat
sekolah. Dia selalu berangkat sekolah dengan sahabatnya, Eci. "Duh...Sudah
siang. Bisa-bisa terlambat nih" Lova tergesa-gesa. Ketika selesai sarapan
dan hendak berangkat, Lova membuka pintu depan dan kaget melihat temannya Eci
sedang duduk di teras depan rumahnya. "Eci...?Sejak kapan disitu ??"
Tanya Lova. "Lumayan.." Jawab Eci. "Kebiasaan kamu tuh, kalau
nungguin aku nggak bilang-bilang, harusnya kamu ngucapin salam biar aku tahu
dan nggak nyantai kaya tadi".
Ya - itulah Lova, bukannya berterimakasih
atau minta maaf, dia malah marah-marah nggak jelas. Sudah menjadi tradisi
ketika tiba di sekolah Lova dan Eci yang kebetulan duduk sebangku langsung
menuju kelas dan ngobrol-ngobrol bersama teman kelas yang lainnya.Ketika Lova
asyik ngobrol dengan teman-temannya, tak sengaja Lova memandang ke arah jendela
belakang kelasnya. Ya - cowok itu. Cowok yang hampir bertabrakan dengan Lova.
Tak sadar Lova memandangi cowok itu terlalu lama sehingga orang yang di
pandanginya menyadari ada yang mencuri pandangannya dari tadi. Cowok itu memang
sudah terbiasa duduk di Mushola yang ada di belakang kelas Lova.
Setiap pagi kejadian
tersebut selalu terulang. Lova kerap memandangi cowok itu dan muncul rasa
penasaran, "Kok bisa, sekolah sudah 3 tahun lamanya, aku baru lihat cowok
itu sekarang?Kenapa nggak dari dulu.." Pikir Lova. "Woyy !! Lagi
ngelamunin apa hayo ??" Eci sengaja membuat Lova kaget.
"Nggak...Apaan sih. Orang lagi diem di kira ngelamun". "Apa
bedanya diem sama ngelamun ?" Tanya Eci. "Tau ah..Gelap.."Tukas
Lova.
Lama-kelamaan Lova mulai menyimpan rasa
suka terhadap cowok itu, Lova mencari tahu siapa cowok itu. Ternyata cowok itu
kelas 9E, sedangkan Lova kelas 9A. Lova orangnya gigih, setiap dia punya
kemauan pasti dia berusaha untuk mencapainya. Apalagi tentang cinta, itu hal
yang mudah bagi Lova.
Akhirnya Lova tahu nama cowok itu, namanya Dea.
Dea setiap pagi suka nongkrong di teras Mushola dengan teman-temannya. Dea
lebih awal datang ke sekolah dari pada yang lainnya, karena rumah Dea jauh dari
sekolah. Bukan cuma Dea, teman-temannya yang setiap pagi bersama Dea di Mushola
itu, sama arah rumahnya dengan Dea.
Lova sering memperhatikan Dea, Lova suka
dengan kepribadian Dea, ya - walaupun belum kenal dekat tapi Lova bisa tahu
dari sorot matanya Dea. "Eci..Aku suka Dea". "Dea mana ?"
Eci bingung, "Itu loh, yang hitam manis. Pendiem banget". Eci bingung
sendiri.Semenjak Lova suka dengan Dea, Lova banyak berubah. Kalau sekolah saja,
Lova ke kelas melalui jalan yang berbeda dari biasanya, biar bisa melihat Dea
yang sering ada di Mushola. Lova juga sering ngikutin Dea dari belakang kalau Dea
pergi ke kantin atau ke ruang koperasi atau - banyak pokonya. Niatnya cuma
ingin lihat Dea dari dekat.
"Hih...Orang aneh" Cetus Eci.
"Biarin, namanya juga cinta" Lova menyeringai kegirangan. "Apa
sih yang buat kamu suka sama dia ?" Tanya Eci. "Nggak tahu, aku
tiba-tiba suka aja sama dia, tapi aku baru pertama kali suka sama cowok sampai
seperti ini".
* * * *
Kegagalan cinta yang ia dapatkan teramat
menyakitkan, itu semua yang menyebabkan dia tak ingin merasakan cinta lagi.
Lelaki yang jauh pergi meninggalkannya, telah membawa seluruh cinta yang dia
tanam dengan tulus karena lelaki itu
lebih memilih pergi untuk berpindah ke lain hati.
Perlahan, dia mencoba untuk tetap tegar
dalam setiap langkah hidupnya. Menerima apa yang semua telah terjadi.
Beribu-ribu nasihat yang dia dapat, agar dia mencoba untuk membuka hatinya
kembali, ia hiraukan. Dia tetap berjalan lurus tanpa sebuah arah dan tujuan.
Diapun tak mengerti apa yang sedang dia nantikan di ujung jalan hidupnya,
mungkin dia masih menanti cinta pertamanya kembali padanya. Dia tidak sadar
bahwa keegoisannya telah banyak membuat orang tersakiti.
Demi dekat dengan Dea, Lova melakukan hal
yang paling memalukan yang pernah ia lakuin. "Lova..!" Teriak seorang
cowok dari arah belakang. Lova sudah tahu itu suara siapa. Ya - benar saja.
Ketika cowok itu mendekat, Lova langsung salah tingkah. Dia
Chandra."Kemarin kamu SMS minta nomor HP-nya Dea?" Tanya Chandra.
"He....Iya. Kok kamu nggak bales SMS aku sih?" Dengan nada yang
malu-malu. "Aku bingung, soalnya ada dua nama Dea di HP-ku" Jelas
Chandra. "Oh gitu..Ya udah nggak apa-apa". "Jangan-jangan Dea
yang kamu maksud, Dea itu(sambil menunjuk ke arah yang duduk di teras
Mushola)". Tidak ada jawaban dari Lova, malah - Lova langsung kabur ke
kantin.
"Ya ampun, aku bego banget.
Arghh..Nyesel !! Nyesel !!. Malu iyah, dapat hasil nggak" Lova kesal. Tapi
ternyata semua itu membuahkan hasil. Lova akhirnya dapat nomor HP-nya Dea
walaupun bukan dari Chandra. Singkat cerita, Lova dan Dea mulai berkomunikasi
perdananya lewat SMS. Mereka semakin dekat. Di suatu waktu Dea bertanya kepada
Lova. "Lova... Kamu dulu sering lihatin aku ya?". "He.. Kok
tahu? Berarti kamu juga sering lihatin aku donk?" Lova balik nanya.
"Iya..Iya..Aku ngaku deh". "Aku nggak nyangka bisa kenal sama
kamu, De" Kata Lova. "Iya aku juga".
Tidak ada balasan SMS dari Lova. "Lova, aku mau nanya lagi boleh?".
"Iya boleh, mau nanya apa?" Lova penasaran. "Kamu mau nggak jadi
pacarku? Pacar pertama aku?". Tentu saja kata-kata ini yang sudah lama
Lova tunggu-tunggu. "Itupun kalau kamu nggak keberatan." Tambah Dea.
"Nggak kok, nggak keberatan. Tentu, aku mau jadi pacar pertama kamu".
Akhirnya mereka
mengikat janji berdua pada tanggal 30 Mei 2011. Janji sehidup semati yang Dea
beri membuat Lova semakin percaya dan terpedaya akn semua janji yang Dea beri.
Lova menaruh semua kepercayaannya kepada Dea. "Baru pertama kali aku
mengejar cinta seorang cowok, dan kenapa cinta ini? Perasaan ini? Begitu kuat..?".
* * *
*
"Aku terlalu
sayang padanya, walaupun dia pernah menyakitiku". Itulah kata yang sering
terucap dari lisannya apabila teringat pada kekasihnya yang dulu itu. Dia
sangat sayang, teramat sayang. Tapi - dia tidak bisa bohong pada dirinya
sendiri, bahwa dia belum bisa memaafkan kesalahan kekasihnya. "Aku sadar
cinta yang di berikan oleh cinta pertamaku masih menyimpan sisa di hati ini. Dan membuat hati ini terasa mati untuk menerima cinta dari orang
lain".
* * * *
Hubungan mereka berjalan dengan baik.
Walaupun mereka sudah tidak satu sekolah lagi. Mereka lulus dari sekolah
menengah pertamanya. Walau begitu, cinta Lova tidak pernah berkurang atau
berubah terhadap Dea. Malah, Lova sangat bangga bisa mendapatkan Dea. Cowok
yang dia kejar-kejar.
3 Bulan Kemudian
"Sayang.."
Pesan terkirim. Tidak ada jawaban dari sang
penerima pesan. Lova tidak bisa menunggu terlalu lama lagi.
"Kamu lagi apa sih ??"
Pesan kedua terkirim. Masih tidak ada
jawaban.
"Sekarang Hari
Valentine, kamu nggak ngucapin apa-apa sama aku?"
Pesan
ketiga terkirim. Tak ada satupun pesan
yang di balas. Lova mulai kesal kepada Dea, dan mengurungkan kembali niatnya
untuk mengirim pesan lagi kepada Dea.
Drrttt...
Drrtt...
Bunyi
getar HP-nya Lova, tanda SMS masuk.
"Maaf Sayang lama balesnya, tadi aku
lagi ada keperluan. Oh iya.. Met Hari Valentine Sayang. Yang, maaf hari
ini nggak bisa SMS-an, pulsanya habis. Ini untuk terakhir SMS".
Lova
yang membaca pesan tersebut heran, "Baru saja kemarin dia beli pulsa, masa
- sekarang sudah habis lagi? Padahal pulsanya nggak mungkin di pake
nelpon" Lova bingung. Heran. Aneh.
"Kenapa sih? Aku lihat akhir-akhir ini
kamu berbeda. Nggak perhatian lagi." Pesan terkirim.
Sia-sia saja pesan tersebut, karena tidak
mungkin di balas oleh Dea. Lova memang merasa ada yang aneh dengan hubungan
mereka akhir-akhir ini. Lova merasa Dea menyembunyikan sesuatu. Tapi Lova tidak
pernah berprasangka buruk. Dan - kalaupun itu terlintas di fikirannya, Lova
langsung membuang jauh-jauh prasangka buruknya itu.
* * * *
Dia merenung sendiri di kamarnya. Dia
memandang keluar dari balik jendelanya, menatap jauh ke langit yang berwarna
orange di tambah kelepak elang yang membuat sempurna keadaan waktu itu.
"Senja yang indah" Kata Lova sembari terselip senyum tipis dari bibirnya.
Dia sangat mengagumi senja, karena ada suatu kejadian yang tak pernah bisa ia
lupakan saat senja tiba.
* * *
*
Satu pesan di terima.
Dea'Q
"Lova, lagi
apa?"
"Lagi nunggu SMS
dari kamu, udah selesai latihan bolanya?". Pesan terkirim
Satu pesan di terima.
Dea'Q
"Sudah..."
"Oh... Ya udah - mandi dulu sana !!
Terus makan, istirahat". Pesan terkirim
Satu pesan di terima.
Dea'Q
"Iya, nanti. Aku
mau ngomong sesuatu dulu".
"Oh ya udah, ngomong aja". Pesan
terkirim
HP Lova lama tak bergetar kembali.
"Kok lama dia balesnya?" Pikir Lova.
Satu pesan di terima.
Dea'Q
"Lova - aku ingin hubungan kita
berakhir sampai disini".
Lova kaget, jelas. Dia tidak menduga Dea
berkata seperti itu lagi. Hal tersebut bukan pertama kalinya. Jauh
sebelumnyapun pernah terjadi, akan tetapi hubungan mereka masih bisa bertahan.
Lova tak tahu apa yang harus dia ketik di Key HP-nya. Lova menatap ke arah
langit dari jendela rumahnya. Berniat ingin membendung air matanya. Dia terus
melihat ke atas langit yang orange. Ya - saat itu senja hari. Berusaha tegar.
Tapi perasaan gentar, takut, dan sedih tak bisa
Lova hindari.
Satu pesan di terima.
Dea'Q
"Aku ingin fokus belajar dulu, fokus
pada sekolahku sekarang ini".
Lova membaca berulang-ulang pesan paling
terakhir dari Dea itu. "Apakah alasan itu benar adanya?" Lova
bertanya dalam hati. Lova memberanikan diri untuk membalas pesan dari Dea. Lova
menerima. Lova menghargai keinginan dan keputusan Dea. Bukan Lova tidak
berusaha mempertahankan, tapi Lova tahu akan lebih menyakitkan jika hubungannya
di teruskan.
Beberapa Hari Kemudian
"Lova, kamu putus sama Dea?"
Tanya salah satu teman ceweknya. Sebut saja Abeng.
"Kok bisa tahu?" Lova heran.
"Aku tahu dari status hubungan kamu di
Fb" (Facebook).
"Oh.. Tahu dari Fb. Iya aku
putus" Lova menunduk.
"Kenapa? Ada masalah apa?" Tanya
Abeng.
"Nggak ada masalah, itu sudah
keputusan kami berdua" Jawab Lova lemah.
"Sebenarnya aku
tahu sesuatu".
Lova terdiam menggigit
bibir. Penasaran.
"Sebenarnya, kalau nggak salah. Dea
itu sudah lama pacaran sama teman sekelasku. Setahu aku, memang benar mereka
pacaran",
Deg. Lova tercengang, ia harus berusaha
menengadahkan kepalanya lagi supaya air matanya tidak jatuh. "Apakah aku
harus percaya sama Abeng?" Pikir Lova. Dan benar saja. Lova melihat dengan
matanya sendiri. Dea berstatus "Pacaran" dengan seorang cewek di akun
Fb-nya.
Lova benar-benar kecewa. Lova tidak terima
di bohongi oleh Dea.
* * * *
Semua orang tahu bahwa cinta pertama memang
sulit di lupakan, akan tetapi jangan menyalahkan Tuhan atas apa yang terjadi.
Karena Tuhan memiliki rencana yang indah di balik itu semua.
Tak tahan dengan kenangan
msa lalunya yang selalu teringat, padahal kenangan tersebut sudah terjadi 9
tahun yang lalu. Lova masih ingat dengan jelas semua kenangan bersama Dea. Lova menancap
dalam gas mobilnya dan pergi untuk mencari angin. Pantai.
Tempat tujuan Lova yang tak jauh dari rumahnya. "Menyebalkan. Bahan
bakarnya habis. Bego banget, mau di pake nggak di cek dulu". Lova
menggerutu sendiri. Untungnya Lova sudah sampai di tujuan. Tempat mobil Lova
mogok jauh dari POM Bensin. Lova mulai gelisah. Takut ada orang yang berniat
jahat. Lihat saja penampilan Lova, penampilan mantan model Fotografer. Tinggi,
kurus, putih bak artis cantik yang sering muncul di TV. Bergaya sedikit tomboy,
tapi tak mengubah lirikan dari para pemuda yang tak sengaja lihat. "Gimana
nih? nggak ada orang yang mau bantuin lagi".
"Kenapa mobilnya Neng?" Teriak
seorang pemuda dari sebuah warung tenda. Lova takut pemuda itu berniat jahat,
karena warung tenda tersebut di penuhi kerumunan pemuda yang rata-rata usianya
hampir sama dengan Lova. Karena Lova butuh pertolongan, Lova memberanikan
diri mendekati warung tenda tersebut. "Bensin mobil saya habis, disini ada
yang jual bahan bakar untuk mobil nggak?" Tanya Lova. Salah seorang pemuda
menjawab "Nggak ada, harus ke POM. Mau saya antar Neng?".
Bukannya Lova menjawab, tapi Lova malah
mematung diri. Memperhatikan pemuda tersebut. Lova kenal dengan raut wajah itu.
Sorot mata itu - Lova yakin pemuda itu - .
"Dea?" Lova tak sadar menyebut
nama itu.
"Kok Neng tahu nama saya?" Jawab
pemuda itu.
Lova membalikkan badan dan berlari ke dalam
mobilnya. Dia menangis lagi. "Aku bertemu dengan dia?"
Kata Lova pelan. Lova tak percaya, karena semenjak mereka putus, mereka tidak pernah
bertemu lagi. Bahkan melihatpun tidak, lost contact penyebabnya. Tak
sadar dari tadi ada seseorang yang mengetuk jendela mobilnya dari luar.
"Dea..?"
Lova kaget. Lova dengan pelan-pelan keluar dari mobilnya.
"Ada apa?"
Tanya Lova.
"Kayanya aku kenal sama kamu?" Dea
balik bertanya. Dea kaget, melihat tajam ke arah leher Lova. Liontin.
"Liontin itu ?" Tanya Dea.
"Iya - ini
liontin dari kamu dulu, ini inisial nama kita DL (DeaLova)" Jawab Lova.
Terkejutnya Lova melihat
seorang pemuda gagah yang tengah berdiri di hadapannya itu menangis dan
mendekap tubuh Lova. "Maaf... Aku baru sadar sekarang, kamu adalah
yang terbaik yang pernah aku miliki" Dea menyesal. Lova mencoba melepaskan
diri dari dekapan Dea dan mengusap air mata di pipi Dea. Lova tersenyum dalam
tangisnya.
- Selesai -