Sabtu, 26 Desember 2015

CERPEN-SIKLUS CINTA



SIKLUS CINTA
Oleh Sin Shin D.N.R.
12 IPA 3

Perpisahan yang selama ini dia takutkan ternyata terjadi, akan ada bekas luka yang menyelimuti hatinya tanpa ada seseorang yang memperdulikannya. Hari-hari yang akan dia jalani akan diiringi kesedihan yang abadi.
Dia telah merelakan takdir yang telah tertulis pada hidupnya, namun dia tidak sanggup tuk menerima semua yang telah terjadi pada dirinya, walaupun dia sadar, dia bukan siapa dan bisa apa atas takdir yang menimpanya.

* * * *

Siang itu, saat jam istarahat sedang berlangsung, Lova sedang berjalan ke kantin bersama temannya. "Hufftt...Hampir saja" Kata Lova. Tak sengaja Lova hampir bertabrakan dengan seorang cowok yang berjalan dari arah berlawanan.
Iya - namanya Lova. Cewek lugu, polos, dan lumayan menarik. Lova saat itu baru kelas 9 di salah satu sekolah menengah pertama yang terbaik di daerah tempatnya tinggal. "Maaf..." Kata seorang cowok yang hampir tadi Lova tabrak. Karena saking laparnya, Lova tidak memperdulikan kejadian itu. Dari situlah benih-benih cinta muncul dan berkembang sangat pesat dan cepat.

* * * *

Dia hidup, dia bernafas, dan dia merasakan kehidupan. Tapi - dia tidak dapat lagi merasakan indahnya hati karena cinta. Cintanya telah pergi dan hilang bersama luka kenangan masa lalunya. Kini, dia tidak mempunyai lagi cinta untuk dia berikan kepada orang lain, walaupun ada beribu-ribu lelaki yang akan lebih banyak memberikan cinta padanya lebih dari cinta yang diberikan kekasihnya yang dulu.

* * * *

Seperti biasanya, setiap hari Lova berangkat sekolah. Dia selalu berangkat sekolah dengan sahabatnya, Eci. "Duh...Sudah siang. Bisa-bisa terlambat nih" Lova tergesa-gesa. Ketika selesai sarapan dan hendak berangkat, Lova membuka pintu depan dan kaget melihat temannya Eci sedang duduk di teras depan rumahnya. "Eci...?Sejak kapan disitu ??" Tanya Lova. "Lumayan.." Jawab Eci. "Kebiasaan kamu tuh, kalau nungguin aku nggak bilang-bilang, harusnya kamu ngucapin salam biar aku tahu dan nggak nyantai kaya tadi".
Ya - itulah Lova, bukannya berterimakasih atau minta maaf, dia malah marah-marah nggak jelas. Sudah menjadi tradisi ketika tiba di sekolah Lova dan Eci yang kebetulan duduk sebangku langsung menuju kelas dan ngobrol-ngobrol bersama teman kelas yang lainnya.Ketika Lova asyik ngobrol dengan teman-temannya, tak sengaja Lova memandang ke arah jendela belakang kelasnya. Ya - cowok itu. Cowok yang hampir bertabrakan dengan Lova. Tak sadar Lova memandangi cowok itu terlalu lama sehingga orang yang di pandanginya menyadari ada yang mencuri pandangannya dari tadi. Cowok itu memang sudah terbiasa duduk di Mushola yang ada di belakang kelas Lova.
Setiap pagi kejadian tersebut selalu terulang. Lova kerap memandangi cowok itu dan muncul rasa penasaran, "Kok bisa, sekolah sudah 3 tahun lamanya, aku baru lihat cowok itu sekarang?Kenapa nggak dari dulu.." Pikir Lova. "Woyy !! Lagi ngelamunin apa hayo ??" Eci sengaja membuat Lova kaget. "Nggak...Apaan sih. Orang lagi diem di kira ngelamun". "Apa bedanya diem sama ngelamun ?" Tanya Eci. "Tau ah..Gelap.."Tukas Lova.
Lama-kelamaan Lova mulai menyimpan rasa suka terhadap cowok itu, Lova mencari tahu siapa cowok itu. Ternyata cowok itu kelas 9E, sedangkan Lova kelas 9A. Lova orangnya gigih, setiap dia punya kemauan pasti dia berusaha untuk mencapainya. Apalagi tentang cinta, itu hal yang mudah bagi Lova.
Akhirnya Lova tahu nama cowok itu, namanya Dea. Dea setiap pagi suka nongkrong di teras Mushola dengan teman-temannya. Dea lebih awal datang ke sekolah dari pada yang lainnya, karena rumah Dea jauh dari sekolah. Bukan cuma Dea, teman-temannya yang setiap pagi bersama Dea di Mushola itu, sama arah rumahnya dengan Dea.
Lova sering memperhatikan Dea, Lova suka dengan kepribadian Dea, ya - walaupun belum kenal dekat tapi Lova bisa tahu dari sorot matanya Dea. "Eci..Aku suka Dea". "Dea mana ?" Eci bingung, "Itu loh, yang hitam manis. Pendiem banget". Eci bingung sendiri.Semenjak Lova suka dengan Dea, Lova banyak berubah. Kalau sekolah saja, Lova ke kelas melalui jalan yang berbeda dari biasanya, biar bisa melihat Dea yang sering ada di Mushola. Lova juga sering ngikutin Dea dari belakang kalau Dea pergi ke kantin atau ke ruang koperasi atau - banyak pokonya. Niatnya cuma ingin lihat Dea dari dekat.
"Hih...Orang aneh" Cetus Eci. "Biarin, namanya juga cinta" Lova menyeringai kegirangan. "Apa sih yang buat kamu suka sama dia ?" Tanya Eci. "Nggak tahu, aku tiba-tiba suka aja sama dia, tapi aku baru pertama kali suka sama cowok sampai seperti ini".

* * * *

Kegagalan cinta yang ia dapatkan teramat menyakitkan, itu semua yang menyebabkan dia tak ingin merasakan cinta lagi. Lelaki yang jauh pergi meninggalkannya, telah membawa seluruh cinta yang dia tanam dengan tulus karena  lelaki itu lebih memilih pergi untuk berpindah ke lain hati.
Perlahan, dia mencoba untuk tetap tegar dalam setiap langkah hidupnya. Menerima apa yang semua telah terjadi. Beribu-ribu nasihat yang dia dapat, agar dia mencoba untuk membuka hatinya kembali, ia hiraukan. Dia tetap berjalan lurus tanpa sebuah arah dan tujuan. Diapun tak mengerti apa yang sedang dia nantikan di ujung jalan hidupnya, mungkin dia masih menanti cinta pertamanya kembali padanya. Dia tidak sadar bahwa keegoisannya telah banyak membuat orang tersakiti.


* * * *

Demi dekat dengan Dea, Lova melakukan hal yang paling memalukan yang pernah ia lakuin. "Lova..!" Teriak seorang cowok dari arah belakang. Lova sudah tahu itu suara siapa. Ya - benar saja. Ketika cowok itu mendekat, Lova langsung salah tingkah. Dia Chandra."Kemarin kamu SMS minta nomor HP-nya Dea?" Tanya Chandra. "He....Iya. Kok kamu nggak bales SMS aku sih?" Dengan nada yang malu-malu. "Aku bingung, soalnya ada dua nama Dea di HP-ku" Jelas Chandra. "Oh gitu..Ya udah nggak apa-apa". "Jangan-jangan Dea yang kamu maksud, Dea itu(sambil menunjuk ke arah yang duduk di teras Mushola)". Tidak ada jawaban dari Lova, malah - Lova langsung kabur ke kantin.
"Ya ampun, aku bego banget. Arghh..Nyesel !! Nyesel !!. Malu iyah, dapat hasil nggak" Lova kesal. Tapi ternyata semua itu membuahkan hasil. Lova akhirnya dapat nomor HP-nya Dea walaupun bukan dari Chandra. Singkat cerita, Lova dan Dea mulai berkomunikasi perdananya lewat SMS. Mereka semakin dekat. Di suatu waktu Dea bertanya kepada Lova. "Lova... Kamu dulu sering lihatin aku ya?". "He.. Kok tahu? Berarti kamu juga sering lihatin aku donk?" Lova balik nanya. "Iya..Iya..Aku ngaku deh". "Aku nggak nyangka bisa kenal sama kamu, De" Kata Lova. "Iya aku juga". Tidak ada balasan SMS dari Lova. "Lova, aku mau nanya lagi boleh?". "Iya boleh, mau nanya apa?" Lova penasaran. "Kamu mau nggak jadi pacarku? Pacar pertama aku?". Tentu saja kata-kata ini yang sudah lama Lova tunggu-tunggu. "Itupun kalau kamu nggak keberatan." Tambah Dea. "Nggak kok, nggak keberatan. Tentu, aku mau jadi pacar pertama kamu".
Akhirnya mereka mengikat janji berdua pada tanggal 30 Mei 2011. Janji sehidup semati yang Dea beri membuat Lova semakin percaya dan terpedaya akn semua janji yang Dea beri. Lova menaruh semua kepercayaannya kepada Dea. "Baru pertama kali aku mengejar cinta seorang cowok, dan kenapa cinta ini? Perasaan ini? Begitu kuat..?".

* * * *

"Aku terlalu sayang padanya, walaupun dia pernah menyakitiku". Itulah kata yang sering terucap dari lisannya apabila teringat pada kekasihnya yang dulu itu. Dia sangat sayang, teramat sayang. Tapi - dia tidak bisa bohong pada dirinya sendiri, bahwa dia belum bisa memaafkan kesalahan kekasihnya. "Aku sadar cinta yang di berikan oleh cinta pertamaku masih menyimpan sisa di hati ini. Dan membuat hati ini terasa mati untuk menerima cinta dari orang lain".

* * * *

Hubungan mereka berjalan dengan baik. Walaupun mereka sudah tidak satu sekolah lagi. Mereka lulus dari sekolah menengah pertamanya. Walau begitu, cinta Lova tidak pernah berkurang atau berubah terhadap Dea. Malah, Lova sangat bangga bisa mendapatkan Dea. Cowok yang dia kejar-kejar.

3 Bulan Kemudian
"Sayang.."
Pesan terkirim. Tidak ada jawaban dari sang penerima pesan. Lova tidak bisa menunggu terlalu lama lagi.
"Kamu lagi apa sih ??"
Pesan kedua terkirim. Masih tidak ada jawaban.
"Sekarang Hari Valentine, kamu nggak ngucapin apa-apa sama aku?"
Pesan ketiga   terkirim. Tak ada satupun pesan yang di balas. Lova mulai kesal kepada Dea, dan mengurungkan kembali niatnya untuk mengirim pesan lagi kepada Dea.
Drrttt... Drrtt...
Bunyi getar HP-nya Lova, tanda SMS masuk.
"Maaf Sayang lama balesnya, tadi aku lagi ada keperluan. Oh iya.. Met Hari Valentine Sayang. Yang, maaf hari ini nggak bisa SMS-an, pulsanya habis. Ini untuk terakhir SMS".
Lova yang membaca pesan tersebut heran, "Baru saja kemarin dia beli pulsa, masa - sekarang sudah habis lagi? Padahal pulsanya nggak mungkin di pake nelpon" Lova bingung. Heran. Aneh.
"Kenapa sih? Aku lihat akhir-akhir ini kamu berbeda. Nggak perhatian lagi." Pesan terkirim.
Sia-sia saja pesan tersebut, karena tidak mungkin di balas oleh Dea. Lova memang merasa ada yang aneh dengan hubungan mereka akhir-akhir ini. Lova merasa Dea menyembunyikan sesuatu. Tapi Lova tidak pernah berprasangka buruk. Dan - kalaupun itu terlintas di fikirannya, Lova langsung membuang jauh-jauh prasangka buruknya itu.

* * * *

Dia merenung sendiri di kamarnya. Dia memandang keluar dari balik jendelanya, menatap jauh ke langit yang berwarna orange di tambah kelepak elang yang membuat sempurna keadaan waktu itu. "Senja yang indah" Kata Lova sembari terselip senyum tipis dari bibirnya. Dia sangat mengagumi senja, karena ada suatu kejadian yang tak pernah bisa ia lupakan saat senja tiba.

* * * *

Satu pesan di terima.
Dea'Q
"Lova, lagi apa?"
"Lagi nunggu SMS dari kamu, udah selesai latihan bolanya?". Pesan terkirim
Satu pesan di terima.
Dea'Q
"Sudah..."
"Oh... Ya udah - mandi dulu sana !! Terus makan, istirahat". Pesan terkirim
Satu pesan di terima.
Dea'Q
"Iya, nanti. Aku mau ngomong sesuatu dulu".
"Oh ya udah, ngomong aja". Pesan terkirim
HP Lova lama tak bergetar kembali. "Kok lama dia balesnya?" Pikir Lova.
Satu pesan di terima.
Dea'Q
"Lova - aku ingin hubungan kita berakhir sampai disini".
Lova kaget, jelas. Dia tidak menduga Dea berkata seperti itu lagi. Hal tersebut bukan pertama kalinya. Jauh sebelumnyapun pernah terjadi, akan tetapi hubungan mereka masih bisa bertahan. Lova tak tahu apa yang harus dia ketik di Key HP-nya. Lova menatap ke arah langit dari jendela rumahnya. Berniat ingin membendung air matanya. Dia terus melihat ke atas langit yang orange. Ya - saat itu senja hari. Berusaha tegar. Tapi perasaan gentar, takut, dan sedih tak bisa Lova hindari.
Satu pesan di terima.
Dea'Q
"Aku ingin fokus belajar dulu, fokus pada sekolahku sekarang ini".
Lova membaca berulang-ulang pesan paling terakhir dari Dea itu. "Apakah alasan itu benar adanya?" Lova bertanya dalam hati. Lova memberanikan diri untuk membalas pesan dari Dea. Lova menerima. Lova menghargai keinginan dan keputusan Dea. Bukan Lova tidak berusaha mempertahankan, tapi Lova tahu akan lebih menyakitkan jika hubungannya di teruskan.

Beberapa Hari Kemudian
"Lova, kamu putus sama Dea?" Tanya salah satu teman ceweknya. Sebut saja Abeng.
"Kok bisa tahu?" Lova heran.
"Aku tahu dari status hubungan kamu di Fb" (Facebook).
"Oh.. Tahu dari Fb. Iya aku putus" Lova menunduk.
"Kenapa? Ada masalah apa?" Tanya Abeng.
"Nggak ada masalah, itu sudah keputusan kami berdua" Jawab Lova lemah.
"Sebenarnya aku tahu sesuatu".
Lova terdiam menggigit bibir. Penasaran.
"Sebenarnya, kalau nggak salah. Dea itu sudah lama pacaran sama teman sekelasku. Setahu aku, memang benar mereka pacaran",
Deg. Lova tercengang, ia harus berusaha menengadahkan kepalanya lagi supaya air matanya tidak jatuh. "Apakah aku harus percaya sama Abeng?" Pikir Lova. Dan benar saja. Lova melihat dengan matanya sendiri. Dea berstatus "Pacaran" dengan seorang cewek di akun Fb-nya.
Lova benar-benar kecewa. Lova tidak terima di bohongi oleh Dea.

* * * *

Semua orang tahu bahwa cinta pertama memang sulit di lupakan, akan tetapi jangan menyalahkan Tuhan atas apa yang terjadi. Karena Tuhan memiliki rencana yang indah di balik itu semua.
Tak tahan dengan kenangan msa lalunya yang selalu teringat, padahal kenangan tersebut sudah terjadi 9 tahun yang lalu. Lova masih ingat dengan jelas semua kenangan bersama Dea. Lova menancap dalam gas mobilnya dan pergi untuk mencari angin. Pantai. Tempat tujuan Lova yang tak jauh dari rumahnya. "Menyebalkan. Bahan bakarnya habis. Bego banget, mau di pake nggak di cek dulu". Lova menggerutu sendiri. Untungnya Lova sudah sampai di tujuan. Tempat mobil Lova mogok jauh dari POM Bensin. Lova mulai gelisah. Takut ada orang yang berniat jahat. Lihat saja penampilan Lova, penampilan mantan model Fotografer. Tinggi, kurus, putih bak artis cantik yang sering muncul di TV. Bergaya sedikit tomboy, tapi tak mengubah lirikan dari para pemuda yang tak sengaja lihat. "Gimana nih? nggak ada orang yang mau bantuin lagi".
"Kenapa mobilnya Neng?" Teriak seorang pemuda dari sebuah warung tenda. Lova takut pemuda itu berniat jahat, karena warung tenda tersebut di penuhi kerumunan pemuda yang rata-rata usianya hampir sama dengan Lova. Karena Lova butuh pertolongan, Lova memberanikan diri mendekati warung tenda tersebut. "Bensin mobil saya habis, disini ada yang jual bahan bakar untuk mobil nggak?" Tanya Lova. Salah seorang pemuda menjawab "Nggak ada, harus ke POM. Mau saya antar Neng?".
Bukannya Lova menjawab, tapi Lova malah mematung diri. Memperhatikan pemuda tersebut. Lova kenal dengan raut wajah itu. Sorot mata itu - Lova yakin pemuda itu - .
"Dea?" Lova tak sadar menyebut nama itu.
"Kok Neng tahu nama saya?" Jawab pemuda itu.
Lova membalikkan badan dan berlari ke dalam mobilnya. Dia menangis lagi. "Aku bertemu dengan dia?" Kata Lova pelan. Lova tak percaya, karena semenjak mereka putus, mereka tidak pernah bertemu lagi. Bahkan melihatpun tidak, lost contact penyebabnya. Tak sadar dari tadi ada seseorang yang mengetuk jendela mobilnya dari luar.
"Dea..?" Lova kaget. Lova dengan pelan-pelan keluar dari mobilnya.
"Ada apa?" Tanya Lova.
"Kayanya aku kenal sama kamu?" Dea balik bertanya. Dea kaget, melihat tajam ke arah leher Lova. Liontin.
"Liontin itu ?" Tanya Dea.
"Iya - ini liontin dari kamu dulu, ini inisial nama kita DL (DeaLova)" Jawab Lova.
Terkejutnya Lova melihat seorang pemuda gagah yang tengah berdiri di hadapannya itu menangis dan mendekap tubuh Lova. "Maaf... Aku baru sadar sekarang, kamu adalah yang terbaik yang pernah aku miliki" Dea menyesal. Lova mencoba melepaskan diri dari dekapan Dea dan mengusap air mata di pipi Dea. Lova tersenyum dalam tangisnya.



- Selesai -

Cara Lepas dari Krim Dokter/Klinik Kecantikan tanpa Breakout

Assalamualaikum Mimin udah lama nih gak nulis di blog. Kali ini mimin mau share tentang skincare mimin, khususnya pengalaman pribadi b...